Laman

Cari Blog Ini

Rabu, 13 November 2013

Prophetic Learning Strategies

Prophetic Learning Strategies
Artikel ini saya buat disela-sela kesibukan mengerjakan tugas proposal penelitian dan ujian. Dan ternyata membuat saya menemukan berbagai macam hal yang menarik dan menambah pengetahuan. Sebenarnya tugas yang saya buat, saya kaitkan dengan prophetic learning karena dirasa belum banyak orang yang membahas tentang ini. Atau lebih tepatnya istilah prophetic learning belum populer.
Dijelaskan dalam biografi Nabi Muhammad SAW bahwa ia mengirim pesan kepada raja-raja dan para pemimpin yang berbeda dengan cara menyebarkan Firman Allah dan menyebarkan pesan Islam. Diantara para pemimpin dunia yang menerima pesan mulia tersebut adalah Caesar, Kaisar Romawi .
Dalam pesan itu, Nabi memanggilnya , "The Great Man of Bizantium". Penghargaan kehormatan yang diberikan kepada kaisar Romawiini berisi pengakuan terhadap kebesaran seorang raja meskipun, untuk orang-orang Romawi, bukan untuk Nabi. Dari pesan Nabi tersebut ada kutipan:
“Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah” ( Ali Imran 3 : 64 )

Di sini, Nabi SAW melakukan beberapa hal. Pertama, beliau menghormati penerima surat dan memberikan penghormatan kepadanya. Kedua, ia menyebutkan dalam pesannya faktor umum antara si penerima dan dirinya sendiri.
Kehidupan Nabi SAW berlimpah teladan-teladan semacam ini di mana Nabi tahu bagaimana caranya mendekati orang yang diundang, menarik perhatian dan hatinya agar lebih dekat kepadanya, dan kemudian mulai mengajaknya untuk masuk Islam atau mendidiknya jika ia sudah menjadi Muslim.
Luar biasa sekali teknik dan metode yang digunakan oleh Nabi SAW. Metode ini bisa ditiru oleh siapa saja yang mau mengikuti langkah-langkah dan cara-cara yang digunakan Nabi SAW dalam berdakwah, mendidik dan mengajar. Nah tentunya sangat menarik untuk kita cermati dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih lagi bagi para guru baik itu muslim ataupun non muslim.
Pembelajaran ala Nabi atau prophetic learning sejatinya merupakan istilah yang belum banyak digunakan di Indonesia. Penelitian ataupun buku yang membahas tentang prophetic learning secara tuntas juga belum banya ditemukan. Sepengetahuan penulis, ada satu buku yang menggunakan judul prophetic learning yaitu buku karangan Dwi Budiyanto. Buku ini lebih banyak membahas tentang bagaimana muslim pembelajar belajar dan menjadi cerdas ala Nabi.
Dengan Prophetic Learning akan menjadikan para muslim pembelajar mampu untuk berprestasi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, berandil di lingkungan masyarakat dan sosial dalam upaya untuk memperkaya isi pengabdian kepada Allah dan menyayangi makhluq ciptaan-Nya, seperti yang diistilahkan oleh Prof. Noeng Muhadjir (2011) sebagai pendidikan yang teo-humanistik. Sehingga nantinya tidak ada pertanyaan: “Mengapa ilmu yang di sekolah atau di perguruan tinggi tidak memiliki efek dalam membentuk karakter dan sikap hidup keseharian pembelajarnya?”
Sebenarnya ada beberapa metode pembelajaran ala Nabi yang patut kita teladani:
1.      Mendidik dengan memberikan teladan :
{Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.} ( As- Saff 61 : 2-3 ) .
Nabi tidak pernah mengajarkan sesuatu yang ia sendiri tidak lakukan dan beliau mengajarkan semua umat Islam untuk melakukan hal yang sama seperti yang beliau lakukan. Untuk menyadari pentingnya metode ini, kita dapat mengutip salah satu contoh dari Perjanjian Hudaibiyah: Ketika penulisan perjanjian damai disimpulkan, Rasul Allah berkata kepada para sahabatnya, "Bangunlah!Sembelihlahqurbanmu dan cukurlah rambutmu! " Tidak ada dari mereka yang bangun mengerjakan perintah Nabi, sampai Nabi mengulangi perintahnya tiga kali.
Ketika tidak satupun dari mereka yang bangun, beliau meninggalkan mereka dan pergi kepada Umu Salamah kemudian menceritakan sikap masyarakat terhadap dirinya. Umu Salamah berkata , “Wahai Nabi Allah ! Apakah engkau ingin perintah Anda dilaksanakan? Pergilah dan jangan mengatakan sepatah kata pun kepada mereka sampai engkau telah menyembelih qurbanmu dan panggillah tukang cukurmu mencukur kepalamu. "Jadi, Nabi pergi keluar dan tidak berbicara dengan siapa pun dari mereka sampai dia melakukan itu, yaitu menyembelih kurban dan menyuruh tukang cukur untuk mencukur kepalanya . Melihat hal itu, para sahabat Nabi bangun, kemudian menyembelih kurban mereka, dan mulai mencukur kepala satu sama lain, dan ada begitu banyak yang terburu-buru sampai hampir saja saling membunuh." ( Al - Bukhari )
Nah intinya kita jangan sampai jarkoni, alias ngajar tapi ga dilakoni. Memang benar kalau kita menginginkan perintah kita dilaksanakan, berikan contoh atau teladan dulu. Dan yang penting tuntunan jangan jadi tontonan, ataupun sebaliknya, tontonan jadi tuntunan. Maksudnya setiap hal yang bisa dijadikan sebagai tuntunan kita untuk hidup, jangan sampai hal itu sebagai hiburan mata saja. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Sebaliknya, hal yang sifatnya hiburan jangan malah jadi tuntunan kita. Seperti artis-artis jaman sekarang yang suka sensasi.
2.     Mendidik melalui tanya jawab (Stimulus Response) :
Hal ini dapat dibuktikan dengan mengingat salah satu hadits yang terkenal di mana malaikat Jibril datang kepada Nabi bertanya kepadanya tentang iman, Islam, ihsan, dan kiamat. Nabi menjawab secara rinci dan lebih lanjut berkomentar bahwa penanya adalah Jibril yang datang untuk mengajarkan para sahabat - menggunakan metode ini dalam bekerja sama dengan Nabi - hal-hal agama mereka . ( Hadits ini dapat ditemukan di Muslim )
Metode tanya jawab juga penting dalam proses belajar mengajar. Namun, apabila kita mengajar, jangan nunggu ditanya oleh murid, tapi cobalah membuat pertanyaan kepada mereka. Kalau bisa pertanyaan yang sifatnya umum untuk mendorong mereka menjawab dengan berbagai cara. Model ini untuk menggali potensi anak untuk berpikir kritis.
3.     Memberikan pesan dan saran/nasehat :
Nabi secara terus-menerus dan teratur memberikan khutbat Jum’at dengan memperingatkan para sahabat dan mengajarkan mereka tentang agama mereka. Beliau sungguh-sungguh menjawab kebutuhan masyarakat Muslim dan isu-isu yang akan muncul dalam kehidupan sehari-hari mereka. Beliau juga menaruh perhatian besar terhadap kesucian jiwa dan tujuan kehidupan ukhrowi.
Pemberian saran juga penting untuk membatu proses belajar murid. Selama proses belajar sangat mungkin sekali anak akan mengalami kesulitan dalam memahami suatu subyek pembahasan. Disini, peran pengajar atau pendidik sangat dibutuhkan untuk memberikan nasehat, saran, dan pesan yang membantu pemahaman. Sehingga hunbungan antara guru-murid bisa terjalin kuat.
4.     Memberikan ceramah singkat dan seperlunya:
Nabi SAWmenggunakan ungkapan singkat terkait hal yang terjadi ketika itu dan yang akan terjadi kelak untuk menarik perhatian para sahabatnya tentang masalah yang penting. Para sahabat juga meniru metode dakwah semacam ini, seperti yang diriwayatkan oleh Shaqiq yang mengatakan:
Kami duduk di pintu rumah 'Abdullah (bin Mas’ud) menunggunya (untukkeluar dan memberikan wejangan kepada kami) . Ketika itu kebetulan lewat Yazid bin Mu'awiyah an- Nakha`i. Kami berkata: Beritahukan dia (`Abdullah ib Mas`ud) tentang kehadiran kami disini. Ia pergi dan `Abdullah bin Mas`ud tak punya waktu untuk kami dan berkata: saya diberitahu kedatangan kalian di sini tapi tidak ada yang menghambat saya untuk datang kepada kalian, namunkenyataanya bahwa saya tidak ingin membuat kalian bosan sebagaimana Rasulullah SAW tidak memberikan kita khotbah pada hari-hari tertentu takut bahwa hal itu mungkin akan membosankan kita. ( Muslim )
Ini bisa dipraktekan dengan memberikan suatu statement yang menarik di akhir pembelajaran. Tujuannya untuk menimbulkan rasa penasaran kepada murid, sehingga membuat mereka bergairah lagi pada pertemuan berikutnya.
5.     Memberikan ceramah singkat setelah Salah :
Nabi SAW digunakan untuk memberikan ceramah singkat segera setelah Shalat dengan cara memperjelas sesuatu untuk umat Islam atau mengomentari yang lain.
6.     Merangsang perhatiandengan memunculkan pertanyaan :
Terkadang, Nabi yang mengajukan pertanyaan dengan memeberikan penekanan suara pada pertanyaaan tersebut untuk meningkatkan perhatian para sahabat atau untuk menarik perhatian mereka terhadap pentingnya sesuatu permasalahan yang dimaksudkan untuk dimengerti. Selain itu, beliau sering menggunakan cara ini untuk meninjau istilah yang diadopsi oleh orang-orang dan untuk memasukkan makna baru istilah yang lama. Abu Hurairah menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda,
"Apakah kalian tahu siapakah yang bangkrut (merugi)? "Mereka (para sahabat) berkata, "Orang yang bangkrut di antara kami adalah orang yang tidak memiliki uang sepeserpun atau tak punya kekayaan sama sekali".Kemudian Nabi bersabda, “Orang yang bangkrut dari umatku adalah mereka yang akan datang pada hari kiamat dengan Sholat, puasa dan zakat, tetapi (ia akan menemukan dirinya bangkrut pada hari itu karena ia telah kehabisan amal kebajikan) karena ia berbuat aniaya pada orang lain, membawa fitnah terhadap orang lain, mengambil hak orang lain secara dzalim, menumpahkan darah orang lain dan mengalahkan orang lain, dan kebajikannya akan diberikan kepada orang lain (yang menderita karena perbuatannya) dan jika perbuatan baiknya habis total, kemudian dosa-dosa orang yang dianiaya olehnya akan dimasukanke dalam buku catatan amalnya dan ia akan dilemparkan ke dalam api neraka . " (HR Muslim )
Sebelum memulai pelajaran, cobalah untuk bertanya kepada murid tentang pertanyaan umum yang jawabannya tidak hanya satu tapi bermacam-macam dan pertanyaan tersebut haruslah berkaitan dengan pembahasan yang akan dibahas. Cara ini sering penulis praktekan, dan memang sangat efektif untuk memulai pelajaran dengan menarik perhatian murid terlebih dahulu.
7.     Story telling :
Nabi menggunakan cara bercerita tentang kisah-kisah para nabi masa lalu dan bangsa mereka dan kadang-kadang tentang beberapa orang dari bangsa-bangsa tersebut dalam konteks tertentu dalam rangka untuk mengajarkan umat Islam melalui cerita menarik agar mereka dapat memperoleh pelajaran dan peringatan . Hal ini dapat dijelaskan dengan memberikan acuan para pembaca tentang cerita Ashhabul Kahfi (para penghuni gua), Para Penyihir Raja Fir’aun, Pendeta dan budak sebagaimana disebutkan dalam Sahih Muslim .
Tak bisa dipungkiri, banyak anak yang suka akan cerita. Ketika kita mulai cerita, mereka akan langsung diam memperhatikan bahkan sampai terbengong-bengong (biasa penulis alami). Nah cara cerita semacam ini sebagai alat untuk menyisipkan pembahasan atau pelajaran yang dibahas.
8.     Penggunaan setting perumpamaan :
Nabi SAW membuat perumpamaan kepada para sahabatnya untuk mengajarkan mereka dan menarik konsep-konsep abstrak agar lebih dekat ke alam pikiran mereka dalam rangka untuk membawa mereka dari kegelapan kebodohan menuju cahaya iman dan kepercayaan . Hadis terkenal berikut yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dikutip di sini sebagai contoh yang sesuai tentang hal ini . Rasulullah bersabda ,
" Perumpamaan saya dibandingkan dengan nabi-nabi lain sebelumku, seperti seorang pria yang telah membangun rumahnya dengan baik dan indah, kecuali tempat satu bata di bagian pojok rumah. Orang-orang memperhatikannya dan terkagum-kagum akan keindahannya, tetapi berkata, ' Akankah batu bata ini diletakkan di tempatnya ? ". Jadi, sayalah batu bata itu, dan aku adalah yang terakhir dari para nabi . " ( Al - Bukhari )
Perumpamaan meberikan kemudahan pemahaman pada apa yang kita pelajari. Jadi, cobalah untuk tidak selalu saklek dan monoton atau teoretis. Justru itu akan mempersulit anak memahami palajaran.
9.     Praktek aplikatif :
Hal ini dapat ditunjukkan dalam kisah seorang Badui yang datang kepada Nabi SAWuntuk bertanya tentang waktu Salah dan hadits berikut menunjukkan bagaimana Nabi SAW menanggapi pertanyaan. Sulaiman b . Buraidah meriwayatkan dari ayahnya bahwa seseorang bertanya pada Rasulullah SAW tentang waktu shalat. Kemudian beliau bersabda, "Sholatlah dengan kami selama dua hari. " Ketika matahari melewati tengah hari, ia memberi perintah pada Bilal untuk mengmandangkan adzan dan Iqama untuk sholat dhuhur. ( Kemudian pada saat shalat ashar ) beliau kembali memerintahkan adzan dan Iqama untuk melakukan salat ashar ketika matahari sudah tinggi (condong ke barat), putih dan jelas . Dia kemudian memerintahkan adzan dan Iqama dikumandangkan untuk shalat malam, ketika matahari telah terbenam . Dia kemudian memerintahkan adzan dan Iqama dikumandangkan untuk shalat malam ketika senja telah menghilang . Dia kemudian memerintahkan adzan dan Iqama dikumandangkan untuk shalat shubuh, ketika fajar muncul.
Ketika hari berikutnya , Nabi memerintahkan Bilal untuk menunda adzan siang sampai panas yang ekstrim berlalu dan iapun melakukannya. Dia amati bahwa shalat dhuhurdilaksanakan ketika matahari sudah tinggi, penundaan itu melebihi waktu pelaksanaan shalat sebelumnya. Dia mengamati shalat maghrib sebelum senja menghilang, ia mengamati shalat isya ketika sepertiga malam telah berlalu, dan ia mengamati sholat subuh ketika ada sinar mentari mulai jelas. Dia ( Nabi ) lalu bersabda, ' Di mana orang yang bertanya tentang waktu shalat ? " Ia ( si penyanya waktu) berkata , ' wahai Rasulullah ! Di sinilah aku . "Dia ( Nabi ) berkata, " Waktu shalatmu ada dalam batas-batas apa yang Anda lihat . " (HR Muslim )
Dengan cara mempraktekan pembahasan akan mempermudah dan memnberikan pengetahuan yang lebih mendalam terhadap anak. Pembelajaran bisa diperoleh dengan mengalaminya secara langsung dan memberikan dampak p[erubahan perilaku setelah ia mendapatkannya.
10.   Mendidik melalui pelajaran diterapkan :
Hal ini dapat dilihat dalam hadits berikut yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah . " Rasulullah memasuki masjid dan ada seseorang pria mengikutinya . Pria itu shalat dan pergi kearah Nabi kemudian menyapanya . Nabi membalas salam dan berkata kepadanya , ' Kembalilah dan shalat, karena kamu belum shalat . "Orang itu kembali dan shalat dengan cara yang sama seperti sebelumnya , kembali dan disambut Nabi yang mengatakan , 'Kembalilah dan shalat, karena kamu belum shalat. "
Hal ini terjadi tiga kali . Orang itu berkata , ' Demi Dia Yang mengutusmu dengan kebenaran , aku tidak bisa menawarkan shalat dalam cara yang lebih baik daripada ini . Tolong , ajari saya bagaimana melaksanakan shalat . ' Nabi berkata , ' Ketika kamu berdiri untuk melakukan shalat,ucapkan takbir dan kemudian membaca sebagian dari Alquran ( dari apa yang kamu hafal ) dan kemudian membungkuk sampai Anda merasa nyaman . Kemudian angkat kepalamu dan berdiri tegak , kemudian sujud sampai kamu merasa nyaman selama sujudmu , kemudian duduk dengan tenang sampai Anda merasa nyaman ( jangan terburu-buru ) dan lakukanlah hal yang sama di semua shalat-shalatmu . ' " ( Al - Bukhari )
Jangan mengajar seseuatu yang tidak akan diterapkan. Ajari sesuatu yang aplikatif.
11.    Pendidikan melalui pendampingan pendidik untuk beberapa waktu :
Adalah kebiasaan Nabi bahwa ketika beliau bersiap untuk suatu pertempuran, seluruh umat Islam yang mampu melawan akan menemaninya dan tidak ada yang pernah diizinkan untuk tinggal kecuali dengan izin Nabi. Selain itu, ketika beliau mengirim ekspedisi militer , beliau akan memerintahkan sekelompok Muslim untuk tetap bersamanya dan menyaksikan wahyu Al-Qur'an diturunkan agar mereka dapat menyampaikan bagian-bagian ayat yang turun ini dan mengajarkan pada mereka yang berangkat jihad setelah mereka kembali. Jadi mereka yang kembali dari tugas bisa belajar dari mereka yang menyaksikan ayat yang diturunkan Allah kepada Nabi-Nya. Ini dipahami dari sabda Allah ,
{ Tidak sepatutnya bagi semua orang mukmin pergi semuanya kemedan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antaramereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentangagama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila merekatelah kembali kepadanya, supaya mereka dapat menjaga dirinya( dari jahat ) } ( Al - Taubah 9 : . 122 )
12.   mendidik tanpa membuat malu peserta didik :
Nabi mengatakan pada khalayak umum , " Apa yang terjadi pada orang-orang yang melakukan semacam itu? " Tentu , orang yang seharusnya mendengar itu mendengarkannya, dalam hatinya dia merasa malu dan pergi dengan penyesalan. Tentu saja , dakwah berarti memanggil seseorang untuk datang lebih dekat kepada orang yang mengajak dan , jelas, tidak melihat kekurangan atau kelemahan orang tersebut !

Ini adalah beberapa teknik dan metode dakwah yang diadopsi dan diterapkan oleh Nabi SAW dimana ia meraih hati hampir semua orang-orang yang diundang untuk Islam. Semoga bermanfaat. Dan jangan lupa untuk share dengan teman-teman anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar