Laman

Cari Blog Ini

Minggu, 10 November 2013

Contoh Teks Pidato tentang Budaya Korupsi dan Dekonstruksi Sosial



Budaya Korupsi dan Dekonstruksi Sosial

Assalamu'alaikum wr. Wb

Yang terhormat para juri lomba pidato, panitia POSPEDA provinsi Jawa Tengah, teman-temanku sesama santri yang tercinta dan semua para hadirin yang kami hormati.
Sebelum saya berbicara lebih jauh lagi mengenai tema yang saya pilih, Budaya Korupsi dan Dekonstruksi Sosial. Terlebih dahulu marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kita kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat Nya dengan ucapan alhamdulillahirobbil'almin yang mana pada kesempatan kali ini kita dapat berkumpul bersama dalam kondisi yang sempurna di majlis ini dan masih dalam rasa iman dan Islam. Tidak lupa pula sholawat serta salam kita panjatkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang telah membawa Islam sebagai jalan hidup kita, yang membawa Islam dari zaman unta sampai zaman toyota.          
Hadhirin hadhirot rohimakumulloh      
            Kita membaca dan mendengar bahwa Indonesia termasuk negara terkorup di dunia. Dan ketika kita melihat sendiri kenyataan yang ada di depan kita, ternyata korupsi telah melibatkan banyak kalangan, baik di pusat maupun di daerah, di lembaga pemerintahan dan tokoh masyarakat. Kita pun jadi makin prihatin dan cemas, adakah pengusutan dapat dilakukan dengan tuntas dan adil? Cukup tersediakah aparat penegak hukum yang bersih untuk mengusutnya dengan adil, tepat, dan benar? Dan sampai kapan akan selesai?
            Penegakan hukum serta pengusutan secara tuntas dan adil terhadap tindak korupsi memang harus dilaksanakan dan ditegakkan tanpa pandang bulu. Akan tetapi, kita pun harus memahami persoalannya secara mendasar, agar menumbuhkan sikap arif untuk bersama-sama tak mengulang dan membudayakan korupsi dalam berbagai aspek kehidupan kita, sehingga tidak terjadi apa yang dikatakan "patah tumbuh hilang berganti, mati satu tumbuh seribu" seperti sel kanker ganas karena akarnya yang telah meluas, maka semakin dibabat semakin cepat penyebarannya.
            Indonesia adalah negara yang kaya, tetapi pemerintahnya banyak utang dan rakyatnya pun terlilit dalam kemiskinan permanen. Pantas kalau dikatakan bahwa penduduk Indonesia layaknya penduduk surga yang tidak bisa menikmati kenikmatan surga. Dengan sumber daya alam yang melimpah, namun penduduknya masih banyak yang hidup dibawah garis kemiskinan. Banyak harta negara yang masuk ke perut para tikus-tikus kantor yang tiada kenyang atau dirampok oleh bangsa lain tanpa kita sadari.
Hadhirin hadhirot rohimakumulloh      
Pamong praja yang menindas rakyat saat ini menjelma menjadi pejabat dan aparat Negara yang korup. Korupsi merupakan bentuk nyata penjajahan oleh dan kepada bangsa sendiri. Akibatnya, Negara ini sungguh ironis tidak mampu lagi bekerja secara maksimal menyejahterakan rakyat sebagai tanggung jawab utama, tapi justru repot mengurusi aparatnya yang sudah terbuai kekuasaan. Apakah elite bangsa ini sudah mati rasa? Padahal Nabi SAW pernah bersabda  :
الراشي والمرتشي كلهم في النار.
"orang yang menyuap dan orang yang disuap, semuanya akan berada di neraka".
Sungguh ironis memang, korupsi dianggap sebagai perkara biasa yang wajar terjadi dalam kehidupan para penguasa dan pengelola kekuasaan yang ada. Sejak dahulu kala, para penguasa dan pengelola kekuasaan selalu cenderung korup karena bisnisnya ya kekuasaan itu sendiri.
            Tanpa mengurangi rasa hormat kepada tekad presiden pilihan rakyat yang hendak melakukan percepatan pemberantasan korupsi, walaupun dalam perjalanannya terseok-seok dengan banyaknya persoalan yang timbul seperti yang dihadapi oleh penegak keadilan semacam KPK, Kepolisian ataupun pengadilan, kita perlu merenungkan kembali dengan jernih apakah pemberantasan korupsi dapat dilakukan tanpa dekonstruksi sosial? Jangan sampai upaya pemberantasan korupsi seperti terperosok dalam sumur tanpa dasar yang tidak pernah dapat menyentuh landasannya dengan tepat dan benar.
            Korupsi bukanlah hanya persoalan hukum saja, tetapi juga merupakan persoalan sosial, ekonomi, politik, budaya dan agama. Realitas sosial yang timpang, kemiskinan rakyat yang meluas serta tidak memadainya gaji dan upah yang diterima seorang pekerja, merebaknya nafsu politik kekuasaan, budaya jalan pintas dalam mental suka menerabas aturan, semuanya itu telah membuat korupsi semakin subur dan sulit diberantas, di samping karena banyaknya lapisan masyarakat dan komponen bangsa yang terlibat dalam tindak korupsi. Karena itu, dekonstruksi sosial semacam ini tak bisa diabaikan begitu saja dan kita perlu merancang dan mewujudkan suatu masyarakat baru yang antikorupsi.
Hadhirin hadhirot rohimakumulloh      
Masalah dekonstruksi sosial, perlu tekad masyarakat sendiri untuk keluar dari jalur kehidupan yang selama ini telah menyengsarakannya. Perlu ada tobat nasional untuk memperbarui sikap hidup masyarakat yang antikorupsi karena korupsi ternyata telah menyengsarakan bangsa ini secara keseluruhan. Tobat berarti kesadaran total untuk tak mengulangi lagi perbuatannya karena memang perbuatan itu telah mencelakakan dirinya dalam dosa.           Tobat bukanlah basa-basi, tetapi komitmen untuk menembus dan memasuki kehidupan baru yang lebih baik. Dan tanpa tobat nasional, rasanya pemberantasan korupsi seperti benang kusut yang sulit mengurainya.
            Tobat nasional harus dimulai dari imamnya, yaitu para pemimpin yang berada di puncak kekuasaan. Pemimpin yang bersih dan berketeladanan dapat menjadi rujukan perilaku rakyatnya. Leadership is about character and energy. Pemimpin yang cerdas, yang mampu membaca tanda-tanda zaman untuk membawa rakyatnya ke arah masa depan yang lebih baik, jelas, dan terorientasi. Pemimpin yang tidak bertopeng atas kekuasaannya sehingga denyut dan jeritan rakyatnya segera tertangkap oleh hati nuraninya yang tidak bertopeng.
ياأيها الذين أمنوا توبوا الى الله توبة نصوحا.
"Hai orang-orang yang beriman, Tobatlah kamu kepada Alloh dengan sebenar-benarnya taubat"
Hadhirin hadhirot rohimakumulloh      
Selain itu, perlu ditegakkan lagi reformasi birokarasi. Selama ini, banyak sekali pejabat-pejabat yang menyalahgunakan jabatan, birokrasi disalah artikan, uang rakyat diselewengkan, jabatan dianggap sebagai fasilitas yang menggiurkan. Birokrasi macam apa itu, yang hanya menguntungkan para pengendali kebijakan. Seharusnya seperti yang ada dalam kaidah ushuliyah :
تصرف الإمام منوط بالمصلحة.
"kebijakan seorang pemimpin harus sesuai atau selaras dengan kesejahteraan rakyatnya".
Masih segar dalam ingatan kita, apa yang sedang melanda lembaga-lembaga penegak keadilan tadi semacam kasus bank century yang menyeret pejabat teras pemerintahan, atau kasus suap jaksa serta kasus markus-markus pajak yang melibatkan instansi kepolisian. Inilah yang perlu kita tata kembali. Jangan ada lagi orang-orang yang ditempatkan tidak sesuai dengan bidangnya. Disamping itu, revitalisasi tindak pidana korupsi lebih ditegaskan lagi. Jangan lagi kita mendengar seorang koruptor yang telah menelan milyaran uang rakyat hanya dihukum 2 bulan dihukum sama dengan orang yang hanya"mengambil" 2 buah semangka. Sebegitu lemahkah hukum-hukum yang ditegakkan di negara ini? Hukum diperjual belikan. Makanya perlu adanya hukum yang tegas dan keras bagi para pelaku korupsi. Penjara seumur hidup, misalnya, itu sepadan dengan kejahatan yang mereka lakukan. Bahkan kalau perlu, dalam stadium korupsi tertentu diancam dengan hukuman mati.
            Dekonstruksi sosial merupakan rajutan-rajutan yang terbuka secara terus-menerus, dan kita harus bisa merajut kembali benang-benang tersebut untuk proses pembaruan yang lebih baik. Kita harus bisa melahirkan sistem kehidupan masyarakat baru yang terbuka dan semua urusan publik tidak lagi bertopeng. Rasanya korupsi hanya bisa dikendalikan jika semua urusan publik dilepaskan dari pemujaan atas topeng-topeng kekuasaan yang ada.
Hadhirin hadhirot rohimakumulloh      
            Kiranya cukup sekian dari saya. Dari awal sampai akhir tentunya banyak kesalahan baik yang disengaja maupun tidak, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

            Wabillahi taufiq wal hidayah, war ridho wal inayah wassalamu'alaikm warohmatullohi wabarokaatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar